Jumat, 12 November 2010

Kerajinan Brebes

Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah dikenal sebagai sentra kerajinan keramik hias. Keramik hias Desa Malahayu bahkan diminati para kolektor dari luar daerah karena bentuknya yang artistik menyerupai keramik Cina.
Inilah salah satu tempat produksi keramik hias di Desa Malahayu. Ditempat ini dapat dijumpai berbagai bentuk keramik hias dengan motif dan ukuran beragam. Misalnya bentuk pot bunga hingga guci hias khas Cina dari ukuran kecil hingga ukuran besar setinggi orang dewasa.
Pada awalnya para perajin keramik di Desa Malahayu hanyalah perajin gerabah atau produk rumah tangga dari tanah liat seperti tempayan, kuali dan kendi. Seiring perkembangan jaman, para perajin terus mengembangkan diri hingga akhirnya memproduksi keramik.
Dari sisi bentuk dan motif, produk keramik hias Desa Malahayu tidak kalah dengan keramik Cina. Bentuknya yang artistik dengan corak motif beragam menjadikan keramik hias produksi Desa Malahayu diminati para kolektor dari luar daerah seperti Jakarta, Bandung dan Medan.
Kerajinan keramik hias Desa Malahayu selain dipasarkan di kota-kota besar di Jawa, juga dipasarkan keluar Jawa seperti Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Sedangkan untuk menembus pasaran luar negeri, para pengrajin mengaku tidak memiliki modal yang cukup.
Bahan baku pembuatan keramik ini menggunakan tanah liat dicampur kaulin. Proses pembuatannya, tanah liat dilarutkan kedalam air lalu disaring untuk menghasilkan tanah yang lembut dan halus. Tanah liat kemudian dicampur kaulin dan dimasukkan ke mesin penggiling hingga halus.
Campuran tanah liat dan kaulin yang telah dihaluskan ini kemudian dibuat keramik sesuai bentuk yang diinginkan dan dijemur. Proses selanjutnya, keramik polos yang telah dikering diberi cat dasar digambari motif lalu dilapisi glasir agar mengkilat.
Proses selanjutnya, keramik setengah jadi ini dimasak dalam oven raksasa sampai benar-benar matang. Harga produk keramik hias Desa Malahayu berwareasi dari harga asbak paling murah sebesar 5000 rupiah hingga harga guci yang mencapai 500 ribu rupiah perbuah.

Baturaden

erbentang di sebelah selatan kaki Gunung Slamet pada ketinggian sekitar 640 m di atas permukaan laut. Baturraden terletak hanya 14 km dari Kota Purwokerto yang dihubungkan dengan jalan yang memadai. Di tempat wisata ini Anda dapat menikmati pemandangan indah & udara pegunungan yang segar dengan suhu 18′ Celcius – 25′ Celcius. Sedangkan Gunung Slamet dengan ketinggian 3.428 m, merupakan gunung berapi terbesar dan gunung tertinggi ke-2 di Jawa. Jika cuacanya bagus, Kota Purwokerto dapat terlihat dari Baturraden, begitu juga dengan Cilacap dan Nusa Kambangan. Ketika kita melihat gunung Slamet, kita dapat melihat lereng gunung Slamet yang ditutupi oleh hutan Heterogen. Taman Rekreasi di Baturraden menyajikan alam pegunungan & lembah sunyi yang dihiasi air terjun serta sumber air panas Belerang “Pancuran-3″. Di tempat ini juga dapat dinikmati berbagai mainan anak, menara pandang, Taman Botani, Kolam Renang. Tempat pemandian air panas, Kintamani, kolam luncur, sepeda air, kereta gantung, & kebun binatang Widya Mandala.

telaga Ranjeng

 
Telaga Ranjeng yang berJarak tempuh +/- 10 km kearah pabrik Teh Kaligua, sebuah hutan lindung dengan telaga alam yang dipenuhi oleh ribuan ikan lele.
Telaga Ranjeng, berlokasi di Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Telaga Ranjeng merupakan objek wisata air potensial di kabupaten Brebes.
Telaga Ranjeng yang dibangun tahun 1924, berada di bawah kaki Gunung Slamet dan merupakan bagian dari kawasan cagar alam milik Perhutani Pekalongan Timur. Cagar alam tersebut memiliki luas empat puluh delapan setengah hektar terdiri dari hutan damar dan pinus yang mengelilingi telaga, yang sebelumnya merupakan tempat mandi para tokoh kerajaan di Jawa.
Daya tarik dari Telaga Ranjeng adalah udara pegunungan yang sejuk, hutan lindung, cagar alam, serta terdapat beribu-ribu ikan lele yang jinak dan dianggap keramat, yang dianggap sebagai penghuni telaga.
Konon ikan lele penunggu Telaga Ranjeng yang memiliki kedalaman tiga meter, hanya bisa diajak bermain -main dan tidak diperkenankan untuk diambil meski hanya satu ekor.
Penunggu telaga menceritakan pernah ada seorang wisatawan yang mencoba mengambilnya namun sampai di rumah orang tersebut kemudian sakit-sakitan baru sembuh setelah mengembalikan ikan lele ke Telaga Ranjeng.
Benar atau tidaknya cerita tersebut, yang jelas Telaga Ranjeng merupakan aset wisata yang memiliki daya tarik tersendiri sehingga dibutuhkan peran serta masyarakat sekitar dan pemerintah untuk mengembangkan tempat tersebut
Wisata Indonesia Surga Dunia


Cipanas dan Tirta Husada

Cipanas dan Tirta Husada adalah Tempat pemandian air panas untuk terapi penyakit diantaranya penyakit pegal-pegal, rheumatik, dan juga sebagai tempat rekreasi yang cukup nyaman apalagi waktu musim liburan datang, terletak di desa Kedungoleng Kecamatan Paguyangan.

Air Panas Cipanas Buarana
* Lokasi : Desa Pangebatan kecamatan Bantarkawung.
* Jarak Tempuh : Dari Ibu Kota Kabupaten 70 Km dan dari Kota Bumiayu 6 Km
* Luas Kawasan : 1 Ha
* Di Bangun : Tahun 1976
* DayaTarik Wisata : Pemandangan alam pegunungan hutan pinus , Air panas yang dapat menyembuhkan penyakit kulit , rematik dan lain lain.
* Fasilitas : Kamar mandi, penginapan ekonomi dan utama, kolam renang anak dan mushola, warung makan dan tempat parkir.

Pemandian Air Panas Tirta Husada Kedungoleng.
* Lokasi : Desa Kedungoleng
* Jarak Tempuh : Dari Ibukota Kabupaten 75Km, Ibukota Kecamatan 6 Km, Dari Kota Bumiayu 12 Km.
* Daya Tarik Wisata : Pemandangan Alam Pegunungan Hutan pinus , mandi air panas yang dapat menyembuhkan penyakit kulit, rematik dan lain lain.
* Fasilitas : Kamar Mandi, tempat bermain anak anak, gasebo, tempat parkir, dan warung makan.
Wisata Indonesia Surga Dunia


Poci

Poci atau teko adalah suatu wadah yang digunakan untuk menjerang daun teh atau campuran herbal dengan air yang hampir mendidih. Teh dapat ditempatkan dalam kantung teh celup atau dibiarkan tersebar. Jika dibiarkan tersebar, diperlukan saringan teh untuk menangkap daun-daun teh di dalam poci sewaktu akan menuang. Poci biasanya memiliki tutup di bagian atasnya untuk tempat memasukkan teh dan air, gagang untung memegangnya, serta cerat untuk menyajikan teh tersebut. Beberapa jenis poci memiliki penyaring terpasang pada bagian ujung sebelah dalam dari cerat tersebut. Kadang dibuat suatu lubang kecil di tutup poci sebagai tempat pembuangan kelebihan udara di dalam poci untuk mencegah percikan sewaktu teh dituangkan.

Kisah dari Negeri Bebek

Suara ”kwek-kwek-kwek” ratusan bebek terdengar berirama di kandang milik pasangan Rawud (45) dan Suranti (38), seperti tak sabar menunggu jatah makan. Rawud masih memilah-milah ikan rucah untuk digiling, sedangkan Suranti asyik merajang kangkung. Ditambah campuran nasi aking dan bekatul, lengkap sudah adonan untuk pakan bebek-bebek mereka. Susi Ivvaty dan Siwi Nurbiajanti

Kandang milik Rawud dan Suranti berisi 500 ekor bebek berumur di atas enam bulan yang siap bertelur. ”Yang 800 ekor sedang barah,” ujar Rawud, yang juga anggota Kelompok Tani Ternak Maju Jaya, warga Desa Limbangan, Brebes, Jawa Tengah.

Barah atau boro maksudnya adalah mengembara atau merantau untuk mencari makanan langsung dari alam. Bebek yang dibarahkan umumnya berusia satu hingga lima bulan. Setelah beberapa bulan barah, bebek pun dikandangkan. Cara ini dipandang lebih aman, terutama menjaga agar telur tidak dicuri.

Areal persawahan yang terbentang antara Indramayu (Jawa Barat) dan Pemalang (Jawa Tengah) menjadi lokasi kembara yang ideal. Para penggembala memanfaatkan waktu pascapanen padi untuk barah agar rerontokan gabah sisa panen dan bisa disantap bebek secara gratis. Bebek juga bisa mendapat tambahan vitamin dari cacing atau serangga sehingga jenis pakan lebih variatif.

Jika bebek dibarahkan, tutur peternak lain, Tasori (36), biaya pakan untuk 400 ekor bebeknya bisa ditekan hingga Rp 240.000 per hari. Untuk mengamankan bebek pada malam hari atau jika turun hujan, Tasori membangun kandang bertudung terpal di pinggir sawah.

Bulan April menjadi saat menggembirakan buat para peternak bebek karena panen padi belum lama berlalu. Harga pakan untuk bebek kandang pun sedang murah. ”Biasanya harga murah bertahan hingga Juni. Setelah itu, harga bekatul akan naik dari Rp 600 menjadi Rp 900 per kilogram. Ikan mulai susah dicari,” kata Darmono (51), peternak yang memiliki 4.000 bebek di Desa Pakijangan, Bulukamba, Brebes.

Tradisi barah
Saat ini hanya 10 persen dari populasi bebek di Brebes, sejumlah 877.000 ekor, yang benar-benar digembalakan. Artinya, peternak membiarkan telur-telur bergelindingan di sawah. ”Berarti hanya 90-an peternak dari total 900 orang,” kata Kepala Seksi Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Kabupaten Brebes Jhoni Murahman.

Padahal, dulu, menggembalakan bebek adalah bagian dari tradisi. Para peternak biasa mengembara dari Brebes hingga Rengasdengklok, Cikarang, bahkan Sumedang. Bebek-bebek diangkut dengan truk sampai di suatu persawahan saat pascapanen. Setelah sebulan atau lebih berkeliaran di sekitar daerah itu, bebek dipindahkan ke daerah lain. Begitu seterusnya, dan bisa sampai berbulan-bulan.

Soal bebek barah, Kasub Effendi (91), tokoh Desa Pakijangan, punya cerita menarik. Ia adalah generasi ketiga di keluarganya yang meneruskan usaha beternak bebek. Meski pendengarannya jauh berkurang, Kasub dengan lancar mengisahkan bagaimana ia menggiring ribuan bebeknya dari Brebes hingga Banten.

Dulu, jamak terjadi para peternak dirampok oleh begal atau garong saat sedang barah. Itulah mengapa hampir semua peternak piawai ilmu bela dirinya. Kasub muda dikenal sebagai jawara, peternak, dan petani kaya raya yang memiliki sawah 37 bau. Satu bau setara dengan 7.800 meter persegi.

”Pernah saat tidur di sawah menjaga bebek, ada orang mau merampok. Ternyata mereka itu teman-temanku sewaktu sama- sama dipenjara. Akhirnya, bebek-bebek saya malah dijaga sama bajingan-bajingan itu, ha-ha-ha,” ungkap Kasub. Sobari, ayah Kasub, dikenal sebagai peternak sekaligus jawara yang ulet. Ia bahkan berjalan kaki menggiring bebek-bebeknya hingga Indramayu. Ilmu bela dirinya sudah sangat mumpuni.

Pengalaman barah hingga ke berbagai kota di Jawa Barat sampai delapan bulan juga dialami Yanto (47), warga Pakijangan. ”Kasarnya, semua tempat di Jawa Barat sudah saya jajahi. Saya pernah dirampok beberapa kali,” kata peternak yang terpaksa putus sekolah karena diajak barah oleh ayahnya.

Sumber penghidupan
Bagi 900 peternak di Brebes, bebek adalah gantungan hidup. “Daripada jadi kuli,” kata Rawud, yang memulai usaha ternak bebek sejak sepuluh tahun lalu. Keduanya cukup senang bisa menyekolahkan tiga anaknya hingga tamat SMP. ”Rumah ya cukup besar. Sepeda motor ada dua. Amin kalau bisa beli mobil,” kata Suranti.

Penghasilan pasangan ini bisa dihitung seperti ini: 500 ekor bebek menghasilkan 300 butir telur sehari. Rawud dan Suranti menjualnya kepada pedagang Rp 1.025 per butir. Untuk pakan, dibutuhkan Rp 180.000 sehari. Berarti, keduanya bisa mengantongi Rp 127.500 per hari. Tambahan penghasilan akan didapat jika 800 ekor bebek yang masih digembalakan sudah siap bertelur.

Jumlah telur yang diperoleh per hari umumnya berkisar 50-80 persen dari jumlah bebek. Namun, kalau sedang naas lantaran sebagian bebek ngambek tak mau bertelur (misalnya kaget mendengar bunyi mercon), telur hanya bisa dihasilkan 40 persennya. Kalau dari 1.000 bebek, jumlah telur hanya 400 butir, misalnya.

Pasangan Kisnarto (36) dan Rumiah (29), anggota Adem Ayem, juga memiliki 500 bebek siap bertelur dan 1.000 bebek yang sedang dibarah. Karena dijual lewat koperasi, Kisnarto bisa menjual telur seharga Rp 1.100 per butir.

Berbeda dengan Rawud dan Kisnarto, Darmono (51) dan Taufik Samsudin (35) memilih tidak memelihara bebek barah. Keduanya langsung membeli bebek yang siap bertelur seharga Rp 35.000-Rp 45.000 per ekor. Sebulan setelah dibeli, bebek biasanya sudah bisa bertelur.

”Bebek barah memang enggak dipikirkan pakannya, tapi saya harus membayar orang untuk menggembalakan,” kata Darmono, yang bercita-cita bisa memiliki 20.000 ekor bebek. Hal yang sama dikatakan Taufik. ”Kalau beli meri (anak bebek), saya harus nunggu lama sampai bertelur,” kata Taufik yang juga Sekretaris Kelompok Tani Ternak Maju Jaya.

Yang pasti, dengan usaha ternak bebek, Darmono bisa menyekolahkan dua anaknya hingga lulus di Universitas Mercu Buana, Jakarta. ”Meskipun yang seorang malah pulang ikut ngurus bebek,” katanya tertawa.
 
Waduk Penjalin memiliki luas 1,25 km2 dan isi 9,5 juta m3, terletak di tengah-tengah Desa Winduaji , 2,4 km arah selatan ibu kota Kecamatan Paguyangan . Dari ibu kota kecamatan ke arah selatan jurusan Purwokerto , kemudian sampai Desa Winduaji belok kanan ke lokasi waduk. Dari kota Paguyangan jaraknya 6 km, dari kota Bumiayu 12 km. Sedangkan dari Purwokerto 30 km. Waduk Penjalin terletak perbatasan Kab Banyumas dan Kab. Brebes.
Waduk ini dibangun tahun 1930 oleh pemerintah kolonial Belanda bersamaan dengan Waduk Malahayu. Air waduk ini dipersiapkan untuk menyuplai irigasi Sungai Pemali bawah dan areal persawahan. Penjalin dalam Bahasa Jawa berati rotan.
Di bagian muka waduk ini terdapat tanggul dengan ketinggian 16 m, lebar 4 m, dan panjang 850 m. Keliling waduk dikitari pedukuhan Mungguhan, Keser Kulon, Kali Garung, Kedung Agung, Soka, Karangsempu, Pecikalan, dan Karangnangka. Sedangkan di sebelah timur yang merupakan tanggul dan pintu gerbang waduk adalah dukuh Keser Tengah.
Warga sekitar memanfaatkan kekayaan alam sekitar waduk sebagai tempat mencari nafkah, antara lain mencari ikan, memelihara keramba apung, dan pada saat Lebaran warga menyewakan perahu untuk rekreasi air keliling waduk. Sekarang, waduk itu banyak dimanfaatkan warga kota untuk berlibur dan bersantai seperti pengunjung dari Purwokerto, Cilacap, dan Purbalingga.

Pada setiap Idul Fitri diselenggarakan Pekan Wisata Idul Fitri dengan acara lomba menangkap itik, pentas dangdut dan permainan ketangkasan anak.
Wisata Indonesia Surga Dunia